Gambar Ilustrasi |
Setetes Keajaiban di Tengah Kekeringan
Di antara deretan bukit yang hijau, terdapat sebuah desa kecil yang tengah dilanda musim kemarau yang panjang. Tanah kering dan sumur-sumur yang kosong menjadi saksi bisu dari penderitaan yang dialami oleh penduduknya. Namun, di tengah keputusasaan itu, terdapat seorang anak kecil bernama Faisal, yang hatinya penuh dengan keingintahuan dan harapan.
Setiap hari, Faisal duduk di bawah pohon besar di pinggir desa, mengikuti cerita-cerita dari seorang tua bijak, Anton. Suaranya yang lembut dan kata-katanya yang penuh hikmah mampu menghipnotis pendengarnya, termasuk Faisal, yang selalu mencerna setiap kata dengan penuh kekaguman.
Suatu sore, saat mentari mulai meredup di ufuk barat, Faisal mendatangi Anton dengan tatapan penuh kekhawatiran. "Pak Anton, bagaimana kita bisa mendapatkan air lagi? Sumur-sumur kita telah kering, dan tanah kita membutuhkan tetesan kehidupan."
Anton tersenyum lembut, matanya memancarkan cahaya kebijaksanaan. "Anakku, kadang-kadang jawaban atas teka-teki kehidupan ada di tempat yang paling tidak terduga." Ia mengambil sebuah botol kecil yang berisi setetes air bening. "Ini adalah cian, air dari mata air keramat yang tak pernah kering. Satu tetes dari air ini bisa memberikan kehidupan kepada seluruh desa."
Faisal menatap air di botol itu dengan mata berbinar-binar. Dengan hati yang penuh harapan, ia meminta petunjuk dari Anton tentang bagaimana caranya menggunakan cian dengan bijaksana. Bersama-sama, mereka merencanakan untuk menyebarkan tetes demi tetes air ajaib itu ke tanah yang gersang dan kepada mereka yang membutuhkan dengan adil.
Keesokan paginya, saat fajar mulai muncul di cakrawala, penduduk desa berkumpul di sekitar sumur yang kering. Dengan penuh pengharapan, mereka menyaksikan Faisal menyiramkan setetes air cian ke tanah kering yang merindukan kehidupan. Mereka bekerja bersama, mengedarkan air itu dengan bijaksana dan menghormati kekuatan alam.
Tidak lama kemudian, seperti yang dijanjikan Anton, keajaiban pun terjadi. Langit yang sebelumnya terlihat kering dan tanah yang gersang, sekarang disirami oleh hujan yang lebat dan penuh berkat. Suara tawa dan nyanyian kebahagiaan menggema di desa kecil itu, mereka bersyukur kepada alam yang telah memberikan karunia kepada mereka.
Anton menatap Faisal dengan bangga. "Anakku, kisah ini mengajarkan kita bahwa dalam setiap krisis, ada kesempatan untuk menemukan keajaiban, asalkan kita memegangnya dengan hati yang tulus dan penuh kebijaksanaan."