Dawai-dawai Sapaa
Gambar Ilustrasi |
Bab 1: Hari Pertama di Kampus
Suasana Kampus dan Perkenalan
Jessica melangkah gugup memasuki gerbang Universitas Nusantara(Nama Fiktif). Gedung-gedung tinggi dan modern menghiasi kampus besar ini, dengan ribuan mahasiswa yang berlalu-lalang. Jessica merasa sedikit pusing dengan keramaian yang ada. Pikirannya melayang ke kampung halamannya yang tenang, tempat dia biasa membaca buku di bawah pohon rindang.
Dia mengenakan jaket denim favoritnya dan membawa tas punggung yang berisi buku-buku favoritnya. Di tengah keramaian, Jessica melihat sekelompok mahasiswa yang tampak sangat akrab satu sama lain, tertawa dan bercanda di bawah pohon besar. Jessica merasa asing, namun ada sedikit rasa antusiasme di dalam dirinya.
Kehidupan Jessica Sebelumnya
Flashback singkat menggambarkan kehidupan Jessica di kota kecilnya, di mana dia menghabiskan waktu dengan buku-buku di perpustakaan lokal. Dia sering bermimpi tentang petualangan besar dan kehidupan di kota besar, namun sekarang dia merasa sedikit takut dan rindu rumah. Pemandangan sawah yang hijau dan jalan-jalan kecil yang tenang terlintas di benaknya, membuatnya tersenyum dan sekaligus merasa sendu.
Jessica teringat teman-temannya di SMA yang selalu mendukungnya untuk meraih mimpinya. Mereka mengadakan pesta perpisahan kecil sebelum Jessica berangkat ke universitas. Jessica merasa bersyukur memiliki teman-teman yang begitu peduli dan mendukung.
Kesulitan Menemukan Kelas
Seiring waktu yang terus memijak kinin ia mulai memasuki ruangan perkuliahan. Jessica merasa kesulitan menemukan ruang kelasnya di gedung yang besar dan kompleks ini. Dia membawa peta kampus yang sudah diberi tanda, tetapi tetap saja bingung dengan banyaknya lorong dan tangga. Setelah bertanya pada beberapa orang yang tampak terburu-buru, akhirnya dia menemukan kelasnya, tetapi sudah terlambat.
Dia melihat jam tangan kecil di pergelangan tangannya dan menyadari bahwa dia hanya punya lima menit sebelum kelas dimulai. Jessica mulai berjalan cepat, berusaha mengingat arah dari peta yang telah dipelajarinya malam sebelumnya. Dia berbelok di setiap sudut, berharap menemukan ruangan yang benar. Ketika akhirnya dia melihat nomor ruangannya, dia merasa lega namun juga panik karena waktu sudah hampir habis.
Masuk Kelas dengan Canggung
Saat dia masuk, dosen sudah mulai mengajar. “Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?” tanya dosen dengan nada agak tegas. Jessica merasa wajahnya memerah dan cepat-cepat meminta maaf sebelum mencari kursi yang tersisa. Semua mata tertuju padanya, membuat Jessica merasa sangat canggung.
Satu-satunya kursi yang tersisa adalah di sebelah seorang pria yang sangat tampan dan terlihat populer, Adipati. Dengan jantung berdebar-debar, Jessica mengambil tempat duduknya. Adipati menatap Jessica dengan penasaran dan menyapanya dengan ramah.
“Hai, saya Adipati. Kamu mahasiswa baru, kan?” tanyanya dengan senyum lebar.
Jessica hanya mengangguk pelan, berusaha tersenyum meski gugup. “Iya, saya Jessica. Baru pindah dari kota kecil.”
Adipati mengangguk dengan penuh minat. “Selamat datang di Universitas Nusantara, Jessica.” Ucapnya menyapa
Pengalaman di Kelas dan Tugas yang Diberikan
Jessica mencoba fokus pada pelajaran, tetapi dia merasa sulit karena perasaan canggung dan gugup berada di samping Adipati. Dosen memperkenalkan topik tentang inovasi dalam sastra, sesuatu yang sangat menarik bagi Jessica, tetapi sulit bagi Adipati untuk mengerti. Adipati yang lebih suka hal-hal praktis dan langsung to the point, mulai mengobrol dengan teman-temannya di belakang, menunjukkan ketidakpeduliannya pada topik tersebut.
Jessica mencatat dengan cermat semua yang dijelaskan dosen, sesekali mencuri pandang ke arah Adipati yang tampak santai dan tidak terlalu peduli. Jessica bertanya-tanya bagaimana dia bisa seberani itu. Ketika dosen mulai membicarakan tentang tugas kelompok, Jessica merasa sedikit tegang. “Tugas ini akan menentukan 30% dari nilai akhir kalian,” kata dosen.
Dosen kemudian mulai membagi mahasiswa ke dalam kelompok secara acak. “Jessica Anindya dan Adipati Pratama, kalian akan bekerja bersama,” katanya. Jessica merasa gugup dan sedikit panik. Bagaimana dia bisa bekerja dengan seseorang yang tampaknya sangat berbeda darinya?
Berkenalan Lebih Dekat dengan Adipati
Setelah kelas selesai, Adipati memperkenalkan dirinya lebih lanjut. “Hai, saya Adipati. Kamu mahasiswa baru, kan?”
Jessica merasa gugup, tetapi dia berusaha tersenyum dan menjawab, “Iya, saya Jessica. Baru pindah dari kota kecil.”
Mereka berbincang sedikit tentang latar belakang masing-masing. Adipati ternyata sangat aktif di organisasi kampus, sedangkan Jessica lebih suka berdiam diri dengan buku-bukunya.
“Apa yang membuat kamu memilih Universitas Nusantara?” tanya Adipati dengan rasa ingin tahu.
“Aku suka program sastra di sini. Mereka punya banyak profesor yang terkenal,” jawab Jessica dengan suara pelan.
Adipati mengangguk. “Aku juga suka kampus ini. Banyak peluang untuk berorganisasi dan mengembangkan diri.”
Memulai Tugas Kelompok
Hari berikutnya, Jessica dan Adipati bertemu di perpustakaan untuk memulai tugas kelompok mereka. Jessica datang lebih awal, menyiapkan beberapa buku referensi dan laptopnya. Dia merasa sedikit gugup, berharap bisa bekerja sama dengan baik dengan Adipati.
Ketika Adipati tiba, dia membawa beberapa buku dan terlihat siap. “Maaf kalau kemarin aku kelihatan kurang tertarik. Sebenarnya, aku juga suka belajar hal-hal baru,” kata Adipati dengan senyum.
Jessica merasa sedikit lega dan mulai memperkenalkan ide-ide awalnya. “Aku pikir kita bisa fokus pada bagaimana sastra bisa menginspirasi inovasi dalam manajemen,” katanya sambil menunjukkan beberapa catatan.
Adipati mengangguk setuju. “Ide yang bagus. Aku bisa membantu dengan mencari contoh kasus dari dunia bisnis yang bisa kita kaitkan dengan teori sastra.”
Menghadapi Tantangan Pertama
Ketika mereka mulai bekerja, perbedaan karakter mereka mulai terlihat. Jessica sangat detail dan perfeksionis dalam penelitiannya, sementara Adipati lebih suka mengambil pendekatan yang lebih praktis dan cepat.
“Kita perlu data yang akurat untuk bagian ini,” kata Jessica dengan tegas.
“Kita juga butuh ide-ide yang menarik, bukan hanya data,” balas Adipati.
Namun, seiring waktu, Adipati mulai melihat kecerdasan dan dedikasi Jessica. Dia mulai menghargai pandangan dan kontribusinya dalam proyek tersebut. Jessica, di sisi lain, mulai melihat bahwa pendekatan praktis Adipati juga memiliki nilai.
Memperdalam Kerjasama
Mereka menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan, membaca, berdiskusi, dan mencatat. Jessica mulai merasa lebih nyaman bekerja dengan Adipati, terutama ketika dia melihat bahwa Adipati juga sangat berdedikasi dalam tugas ini.
Adipati mengusulkan untuk bertemu lebih sering, bukan hanya di perpustakaan. “Bagaimana kalau kita sesekali kerja di kafe? Biar suasananya lebih santai,” sarannya.
Jessica setuju, meski merasa sedikit gugup. Dia tidak terbiasa dengan lingkungan yang ramai, tetapi dia merasa itu akan menjadi pengalaman baru yang menarik.
Pertemuan di Kafe
Pertemuan pertama mereka di kafe berjalan dengan baik. Adipati memilih tempat yang tenang dan nyaman, dengan pencahayaan yang hangat. Mereka memesan minuman dan mulai bekerja.
“Sebenarnya, kenapa kamu suka sastra?” tanya Adipati sambil menyeruput kopinya.
Jessica tersenyum. “Aku selalu merasa sastra bisa membawa kita ke dunia lain. Setiap cerita memiliki makna dan pelajaran yang bisa kita ambil.”
Adipati mengangguk. “Aku setuju. Meski lebih suka hal-hal praktis, aku mulai melihat bagaimana sastra bisa menginspirasi inovasi dalam manajemen.”
Refleksi dan Kedekatan
Malam harinya, Jessica merenungkan pengalaman hari itu. Dia merasa lebih percaya diri dan mulai melihat Adipati bukan hanya sebagai teman kelompok, tetapi juga sebagai teman yang baik. Jessica menulis di jurnalnya tentang perasaan barunya ini.
“Aku senang bisa mengenal Adipati lebih dekat. Dia tidak seperti yang aku bayangkan sebelumnya,” tulis Jessica.
Di sisi lain, Adipati juga merasa ada yang berbeda. Dia merasa terkesan dengan kecerdasan dan dedikasi Jessica. Meskipun mereka sangat berbeda, Adipati mulai merasa ada ikatan yang mulai terbentuk di antara mereka.
Pertemuan Mendatang dan Rencana Proyek
Jessica dan Adipati merencanakan pertemuan mendatang dengan lebih detail. Mereka membagi tugas dengan lebih efektif dan mulai merancang presentasi mereka. Jessica mengerjakan bagian teoritis dan literatur, sementara Adipati mengurus contoh kasus dan aplikasi praktis.
Mereka juga mulai merencanakan bagaimana cara menyajikan hasil kerja mereka dengan menarik. “Kita bisa gunakan multimedia, video, dan mungkin undangan tamu khusus,” usul Adipati.
Jessica setuju dengan semangat. “Itu ide yang bagus. Aku bisa mengerjakan slide dan teks presentasi, sementara kamu bisa mengurus bagian teknis dan undangan.”
Adipati tersenyum. “Kerja sama kita pasti akan menghasilkan presentasi yang luar biasa.”
Dengan perasaan optimis, mereka berdua siap menghadapi tantangan tugas kelompok ini bersama-sama.
Bab 2: Pertemuan Tak Terduga
Pertemuan di Kafe dan Dialog Mendalam
Jessica dan Adipati melanjutkan pertemuan mereka di kafe, menikmati suasana yang santai sambil berdiskusi tentang tugas mereka. Mereka berbincang tidak hanya tentang tugas, tetapi juga tentang kehidupan pribadi mereka. Jessica menceritakan tentang keluarganya di kota kecil, bagaimana dia selalu bermimpi untuk bisa kuliah di universitas besar, dan dukungan yang dia terima dari teman-temannya.
Adipati, di sisi lain, berbicara tentang kehidupannya yang sibuk di kota besar, kesibukannya dengan berbagai organisasi di kampus, dan impian masa depannya. “Aku ingin menjadi pengusaha sukses suatu hari nanti,” kata Adipati dengan penuh semangat.
Jessica mendengarkan dengan kagum. “Kamu punya banyak rencana besar, ya. Itu keren sekali.”
Adipati tersenyum. “Dan kamu, Jessica? Apa impianmu?”
Jessica terdiam sejenak, memikirkan jawabannya. “Aku ingin menulis buku yang bisa menginspirasi banyak orang. Menulis cerita yang bisa membuat orang berpikir dan merasakan sesuatu yang baru.”
Proses Kerja Sama dan Kejadian Lucu
Kerja sama mereka berjalan dengan lancar, meskipun kadang ada perbedaan pendapat. Mereka sering tertawa bersama saat menyadari betapa berbeda pendekatan mereka dalam mengerjakan tugas. Jessica yang perfeksionis sering kali memperbaiki detail kecil, sementara Adipati lebih suka melihat gambaran besarnya.
Suatu hari, saat mereka bekerja di perpustakaan, Adipati mencoba membuat lelucon dengan mengubah salah satu slide presentasi menjadi meme. Jessica tertawa terbahak-bahak saat melihatnya. “Kamu benar-benar tahu cara membuat suasana jadi ringan, ya,” katanya sambil tertawa.
“Kadang-kadang kita perlu tertawa untuk melepaskan stres,” jawab Adipati dengan senyum.
Kedekatan yang Semakin Terjalin
Mereka mulai menghabiskan lebih banyak waktu bersama, tidak hanya untuk tugas tetapi juga untuk bersenang-senang. Adipati mengajak Jessica ke berbagai acara kampus, mengenalkannya pada teman-temannya, dan membantu Jessica merasa lebih nyaman di lingkungan baru.
Jessica mulai merasa lebih percaya diri dan menikmati kebersamaan dengan Adipati. Mereka saling berbagi cerita dan mimpi, mulai merasa ada ikatan yang kuat di antara mereka. Adipati merasa kagum dengan kecerdasan dan ketekunan Jessica, sementara Jessica merasa terinspirasi oleh semangat dan visi besar Adipati.
Tantangan Baru dalam Tugas
Mereka menghadapi tantangan baru saat data yang mereka kumpulkan tidak sesuai dengan harapan. Jessica merasa frustrasi, sementara Adipati mencoba mencari solusi yang lebih kreatif. Mereka berdiskusi panjang lebar, mencoba menemukan jalan tengah yang bisa memuaskan keduanya.
“Aku tahu ini sulit, tapi kita pasti bisa menemukan solusinya,” kata Adipati dengan penuh semangat.
Jessica mengangguk. “Kamu benar. Kita harus terus mencoba dan tidak menyerah.”
Mereka bekerja lebih keras lagi, menghabiskan malam-malam panjang di perpustakaan dan kafe, berusaha menyempurnakan tugas mereka.
Persiapan Presentasi
Mereka akhirnya berhasil menyelesaikan tugas mereka dan mulai mempersiapkan presentasi. Adipati mengurus bagian teknis, memastikan semua slide dan video berjalan lancar, sementara Jessica mempersiapkan teks presentasi dan latihan berbicara di depan umum.
Mereka berlatih bersama, memberikan umpan balik satu sama lain. “Kamu hebat dalam menyampaikan ide-ide ini, Jessica,” kata Adipati dengan kagum.
Jessica tersenyum malu. “Terima kasih, Adipati. Aku juga kagum dengan caramu mengatur semuanya.”
Pada hari presentasi, mereka merasa percaya diri dan siap untuk memberikan yang terbaik.
Presentasi dan Kesuksesan
Presentasi mereka berjalan lancar, mendapatkan apresiasi dari dosen dan teman-teman sekelas. Jessica dan Adipati merasa lega dan bangga dengan hasil kerja keras mereka. Setelah presentasi, mereka merayakan kesuksesan mereka dengan makan malam bersama.
Jessica merasa sangat berterima kasih atas semua bantuan dan dukungan Adipati. “Terima kasih, Adipati. Aku tidak bisa melakukannya tanpa kamu.”
Adipati tersenyum hangat. “Sama-sama, Jessica. Aku juga merasa kita adalah tim yang hebat.”
Mereka berbincang panjang lebar, merencanakan masa depan dan mengingat semua momen yang mereka lalui bersama.
Bab 3 : Menjelajahi Dunia Baru
Kehidupan Kampus yang Baru
Setelah tugas kelompok pertama mereka selesai, Jessica dan Adipati semakin dekat. Mereka mulai menjelajahi berbagai aspek kehidupan kampus bersama. Jessica bergabung dengan klub sastra, tempat dia bisa berbagi kecintaannya pada buku dan menulis. Di sana, dia bertemu dengan beberapa teman baru yang juga memiliki minat yang sama, seperti Maya dan Dimas.
Adipati, di sisi lain, aktif dalam klub bisnis dan organisasi mahasiswa, berusaha mengembangkan keterampilan kepemimpinannya. Dia sering menghadiri seminar dan workshop tentang kewirausahaan, di mana dia bertemu dengan banyak orang yang berpengalaman dalam bidang tersebut.
Jessica dan Adipati sering bertukar cerita tentang kegiatan mereka. Adipati dengan antusias bercerita tentang ide-ide bisnis yang dia dapatkan dari seminar, sementara Jessica berbagi tentang puisi dan cerita pendek yang dia tulis di klub sastra. Mereka saling mendukung dalam berbagai kegiatan, meski memiliki minat yang berbeda.
Pertemanan yang Semakin Dekat
Kedekatan mereka semakin terjalin. Jessica merasa sangat nyaman bersama Adipati, merasakan ada koneksi yang kuat di antara mereka. Adipati juga merasa hal yang sama, mulai melihat Jessica sebagai seseorang yang istimewa dalam hidupnya.
Mereka sering menghabiskan waktu bersama di berbagai tempat. Suatu hari, Adipati mengajak Jessica ke pameran seni di kampus. Jessica yang awalnya tidak terlalu tertarik dengan seni rupa, mulai menikmati pameran tersebut berkat penjelasan Adipati yang penuh semangat.
“Aku tidak tahu kalau seni bisa seindah ini,” kata Jessica sambil menatap salah satu lukisan abstrak.
“Seni itu seperti sastra, Jess. Setiap karya punya cerita dan makna tersendiri,” jawab Adipati dengan senyum.
Di kesempatan lain, Jessica mengajak Adipati ke toko buku favoritnya di kota. Mereka menghabiskan berjam-jam di sana, membaca dan berdiskusi tentang berbagai buku. Jessica merasa bahagia bisa berbagi dunia favoritnya dengan Adipati.
Menghadapi Rintangan Bersama
Namun, tidak semuanya berjalan mulus. Mereka menghadapi berbagai rintangan dalam perjalanan mereka. Tugas-tugas kuliah yang menumpuk, tekanan dari organisasi, dan masalah pribadi yang muncul menguji kekuatan dan kedekatan mereka.
Jessica mengalami masa-masa sulit ketika salah satu anggota keluarganya jatuh sakit. Dia merasa terbebani dan sulit untuk fokus pada kuliah. Adipati selalu ada untuk mendukungnya, memberikan semangat dan bantuan yang dibutuhkan.
“Kamu tidak sendiri, Jessica. Aku selalu ada untukmu,” kata Adipati sambil memegang tangan Jessica.
Jessica merasa terharu dan bersyukur memiliki teman seperti Adipati. “Terima kasih, Adipati. Kamu benar-benar teman yang baik.”
Di sisi lain, Adipati menghadapi tekanan dari keluarganya yang berharap dia segera lulus dengan nilai tinggi dan memulai bisnis sendiri. Adipati merasa tertekan dengan harapan tersebut, merasa bahwa dia belum siap untuk memenuhi ekspektasi itu. Jessica selalu ada untuk mendengarkan dan memberikan dukungan moral.
“Kamu punya potensi besar, Adipati. Aku yakin kamu akan berhasil, apapun yang kamu pilih,” kata Jessica dengan penuh keyakinan.
Mereka saling mendukung dan memberikan dorongan satu sama lain, menghadapi rintangan dan tantangan bersama-sama.
Bab 4 : Perasaan yang Tersimpan
Awal dari Perasaan Baru
Seiring berjalannya waktu, Jessica dan Adipati mulai merasakan perasaan yang lebih dari sekadar persahabatan. Kedekatan dan kebersamaan mereka menumbuhkan benih-benih cinta. Namun, keduanya merasa ragu untuk mengungkapkan perasaan mereka, takut jika hal itu akan merusak persahabatan yang telah terjalin.
Jessica sering merenung tentang perasaannya terhadap Adipati. Dia menulis dalam jurnalnya, mencoba memahami perasaan yang ada di dalam hatinya. “Adipati adalah teman terbaikku. Tapi kenapa aku merasa ada yang lebih dari itu?” tulis Jessica dalam salah satu halaman jurnalnya.
Adipati juga merasakan hal yang sama. Dia sering kali merasa cemburu ketika melihat Jessica dekat dengan teman-teman laki-lakinya di klub sastra. “Apa yang sebenarnya aku rasakan? Apakah ini hanya perasaan sebagai teman, atau lebih dari itu?” pikir Adipati.
Mengungkapkan Perasaan
Suatu malam, setelah acara di kampus, Adipati mengajak Jessica berjalan-jalan di taman. Malam itu terasa sangat tenang, dengan bintang-bintang yang berkelap-kelip di langit.
“Jessica, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan,” kata Adipati dengan suara pelan namun tegas.
Jessica menatap Adipati dengan rasa ingin tahu. “Apa itu, Adipati?”
Adipati menghela napas panjang sebelum melanjutkan. “Aku rasa aku punya perasaan yang lebih dari sekadar teman untukmu. Aku tidak tahu bagaimana caranya mengatakannya, tapi aku merasa sangat dekat denganmu. Aku merasa kamu lebih dari sekadar teman.”
Jessica terkejut mendengar pengakuan Adipati. Dia merasa jantungnya berdebar-debar. “Adipati, aku juga merasa hal yang sama. Aku sering kali bingung dengan perasaanku, tapi aku rasa aku juga mencintaimu.”
Mereka berdua tersenyum, merasa lega telah mengungkapkan perasaan yang selama ini tersimpan. Malam itu, mereka berjalan berdua, merasa dunia di sekitar mereka begitu indah dan penuh harapan.
Menjalani Hubungan
Jessica dan Adipati mulai menjalani hubungan mereka dengan penuh kebahagiaan. Mereka tetap fokus pada kuliah dan kegiatan mereka, tetapi sekarang ada rasa cinta yang menguatkan setiap langkah mereka. Mereka saling mendukung lebih dari sebelumnya, memahami dan menghargai setiap perbedaan.
Suatu hari, mereka merayakan ulang tahun Jessica dengan makan malam di restoran favorit mereka. Adipati memberikan Jessica sebuah buku yang sudah lama dia inginkan sebagai hadiah.
“Terima kasih, Adipati. Kamu tahu aku sangat menginginkan buku ini,” kata Jessica dengan mata berbinar.
“Aku selalu ingin melihatmu bahagia, Jess,” jawab Adipati dengan senyum hangat.
Tantangan dalam Hubungan
Namun, hubungan mereka tidak selalu mulus. Ada saat-saat ketika mereka harus menghadapi konflik dan perbedaan pendapat. Jessica yang perfeksionis kadang merasa frustrasi dengan sikap santai Adipati, sementara Adipati kadang merasa Jessica terlalu serius dan tidak bisa bersantai.
Mereka belajar untuk berkomunikasi dengan lebih baik, mencari solusi atas setiap masalah yang muncul. “Kita harus belajar untuk lebih memahami satu sama lain,” kata Adipati suatu hari setelah mereka berdebat kecil.
Jessica mengangguk. “Kamu benar. Kita harus lebih sabar dan saling mendukung.”
Dengan setiap tantangan, hubungan mereka semakin kuat. Mereka belajar untuk saling mengerti dan menerima kekurangan masing-masing.
Bab 5 : Menggapai Impian Bersama
Proyek Besar
Jessica dan Adipati mendapatkan kesempatan untuk bekerja sama dalam proyek besar di kampus. Proyek ini melibatkan kerjasama antara klub sastra dan klub bisnis, menggabungkan elemen sastra dan manajemen dalam sebuah acara besar.
Jessica mengusulkan untuk membuat sebuah pameran sastra yang menampilkan karya-karya sastra dari berbagai negara, sementara Adipati mengusulkan untuk mengadakan seminar bisnis yang menghubungkan dunia sastra dan manajemen. Mereka bekerja keras untuk merencanakan dan mengorganisir acara ini, mendapatkan dukungan dari dosen dan mahasiswa lainnya.
Keberhasilan Proyek
Acara tersebut berlangsung dengan sukses besar. Pameran sastra yang menampilkan karya-karya dari berbagai negara menarik banyak pengunjung, sementara seminar bisnis mendapatkan apresiasi tinggi dari para peserta. Jessica dan Adipati merasa sangat bangga dengan hasil kerja mereka.
“Kita berhasil, Jess. Acara ini sukses besar,” kata Adipati dengan gembira.
“Ya, ini semua berkat kerja keras kita dan dukungan dari semua orang,” jawab Jessica dengan senyum lebar.
Menyelesaikan Studi
Waktu berlalu, dan mereka semakin dekat dengan waktu kelulusan. Jessica menyelesaikan novelnya, yang mendapatkan pujian dari dosen dan teman-temannya. Adipati juga berhasil mengembangkan ide bisnisnya menjadi sebuah startup kecil yang mulai mendapatkan perhatian.
Mereka merayakan setiap pencapaian bersama, merasakan kebahagiaan dan kepuasan yang luar biasa. “Aku tidak bisa membayangkan melewati semua ini tanpa kamu, Adipati,” kata Jessica.
“Aku juga, Jess. Kamu selalu menjadi sumber inspirasi dan dukungan untukku,” jawab Adipati dengan penuh kasih.
Rencana Masa Depan
Setelah kelulusan, mereka merencanakan masa depan bersama. Jessica mendapatkan tawaran untuk menerbitkan novelnya, sementara Adipati mulai fokus mengembangkan startup-nya. Mereka memutuskan untuk tetap berada di kota tempat mereka kuliah, membangun karier mereka sambil menjaga hubungan yang telah mereka bina dengan baik.
Suatu hari, di taman kampus yang indah, Adipati berlutut di hadapan Jessica dengan cincin di tangannya. “Jessica, selama ini kamu adalah teman terbaikku, mitra hidupku, dan cinta sejatiku. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu. Jessica, maukah kamu menikah denganku?”
Jessica terkejut dan bahagia. Dengan mata berkaca-kaca, dia menjawab, “Ya, Adipati. Aku mau menjadi istri terbaik bagimu.”
Mereka merangkul erat, merasa bersyukur atas perjalanan mereka yang penuh dengan tantangan, cinta, dan kebahagiaan. Akhirnya, mereka tahu bahwa bersama-sama, mereka bisa menghadapi segala rintangan dan meraih impian mereka.
Dengan ciuman lembut, mereka memulai babak baru dalam hidup mereka, siap menghadapi masa depan dengan penuh semangat, cinta, dan kesetiaan satu sama lain. Dan di bawah langit yang cerah, mereka melangkah maju, menggapai impian mereka bersama.
Penulis : sianak lanang sastra nagaran